Kesan Membaca “Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau”

Permukaan yang tenang, selalu memiliki kedalaman yang tak biasa.

bela
4 min readJan 30, 2021

Penghujung tahun 2020 rasanya menjadi akhir tahun yang menyenangkan bagi para pengagum karya-karya Aan Mansyur. Setelah berpuasa selama tiga tahun dari buku terakhirnya yakni Cinta Yang Marah yang dipublikasikan tahun 2017 silam. Akhirnya, Aan Mansyur menelurkan puisi-puisi barunya dalam sepaket buku bersampul biru. Kita dapat menyapa buah karya terbaru sastrawan asal Bone, Sulawesi Selatan ini dengan “Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau”.

Bersama Lala Bohang sebagai ilustrator, 98 halaman kumpulan puisi Aan Mansyur ini menjelama karya yang tidak hanya enak dibaca, tetapi juga enak dipandang. Guratan hitam dan biru pada setiap lembar buku memberi kesan hangat yang membuat kita akan nyaman, lalu ingin lagi dan lagi melahap setiap lembarnya. Selain guratan Lala Bohang, Aan Mansyur juga menyelipkan kutipan dari beberapa penulis puisi seperti Mary Ruefle, Adrienne Rich, Naomy Shihab Nye, Rebecca Solnit, Bertolt Brecht, dan Donella Meadows.

Aan Mansyur merangkum 41 puisinya dalam lima babak dengan musimnya masing-masing. Kamu akan menemui sajak-sajak manis seorang suami kepada istrinya, seorang ayah kepada anaknya, seorang anak kepada ibunya, seorang pemukim yang hidup di kota tempat tinggalnya, dan seorang warga negara kepada negerinya. Kamu akan menemui sajak-sajak semacam,

apakah hatiku mangkuk dangkal yang pecah-
yang alangkah mudah diisi, namun mustahil
penuh? apakah mencintai diri sendiri berarti
menjadi batu ynag dilemparkan ke lautan lepas
tanpa dasar? Mengapa darah lebih api dari pada api?
mengapa luka tidak memaafkan pisau –

Seperti pada lembar awal buku ini yang mengatakan, “Untuk Anna & anak-anak kami-”. Maka penulis yang lebih dikenal dengan nama pena ‘hurufkecil’ ini menorehkan banyak pesan-pesan terimakasih dan maaf dengan porsi yang cukup kepada istrinya, Anna. Juga bercerita kehidupannya dengan dua putri kembarnya, Daras dan Sahda. Aan rapi mengabadikan kisah sepasang kekasih dengan dua putri cantik ini melalui syair-syair seperti, Sajak Cinta untuk Anna, Perkawanan/Perkawinan, Jatuh Cinta, Daras & Sahda Menangis, Memotret Daras & Sahda, dan sebagainya. Puisi Aan Mansyur memang selalu punya nyawanya sendiri, yang mampu mengirimkan pesan personal pada siapapun yang membacanya.

Lalu kita akan diantar untuk bermukim sebentar ke kota Makassar melalui 62 bait dalam puisi berjudul “Makassar adalah Jawaban, Tetapi Apa Pertanyaannya”. Pada babak ini Aan menjelma situasi, benda, cuaca, dan gambaran-gambaran tentang Makassar. Tentunya dalam kacamata si hurufkecil.

Kemudian menuju babak terakhir, kita akan bertemu atmosfer dinginnya menjadi anak negeri yang sedang patah hati. Puisi-puisi yang marah tapi tidak berteriak-teriak. Seperti mengejek, tapi tidak. Membacanya membuat kita mungkin sedikit berspekulasi siapa dan apa yang sedang digambar Aan Mansyur ini. Salah satu yang menarik adalah bait,

KAMI MASUK KANTOR DPR & KAMI
HILANG & KAMI BELUM DITEMUKAN

Seutas bait yang ditoreh diatas halaman berlatar hitam, dengan halaman-halaman berikutnya yang dibiarkan hitam dan kosong. Tak ada deskripsi lain, atau kalimat lain yang mendeskripsikan bait tersebut. Tak hanya itu, beberapa yang menarik adalah puisi Aan Mansyur yang berjudul Tahun Baru, Kehilangan dan Menjemput Anak dari Sekolah dengan pesan seriusnya masing-masing. Kamu akan membaca bait misterius seperti,

udara september penuh
berisi bensin & kita
hanya punya korek api
-
kita kehilangan dunia
setiap kali kehilangan satu orang
yang kita cinta. apabila kita kehilangan
satu orang lagi, kita kehilangan dunia
yang sudah hilang

Selalu ada kritik-kritik yang menguntit dalam tulisan-tulisan dengan kesan santai nan manis ala Aan Mansyur. Membacanya membuat saya selalu meyakini satu hal, bahwa setiap orang memiliki ruangnya untuk bersuara. Tidak ada yang bisa dikatakan paling unggul, paling baik atau paling buruk, semua suara adalah sama. Jika beberapa orang bersuara dengan orasi, dengan musik yang dikeraskan bunyinya, dengan potret kejadian-kejadian, dan lain sebagainya. Maka seorang hurufkecil menyampaikan isi kepalanya, dan ketidaksetujuannya, dengan bait-bait tanpa huruf besar.

Seperti seperti seorang Aan Mansyur dengan kumpulan puisi Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau, begitupula kamu dan saya yang akan selalu punya ruang bebas kendali seperti itu. Dan seharusnya, tidak ada yang boleh mempermasalahkan caramu mengutarakan pesan-pesan dan perasaan-perasaan.

--

--

bela

titip isi kepala, besok dibenerin lagi. find me on IG @draftbiru_